BAB I
PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tantangan dalam dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya mampu bersaing dalam era global yang menuntut keterampilan serta kreatifitas tinggi. Oleh karena itu pendidikan memerlukan perhatian yang khusus dari segi mutu atau kualitasnya.
Banyak hal yang telah diupayakan pemerintah agar mutu pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya yaitu dengan adanya pembaharuan pendidikan. Menurut Nurhadi (2004:1) terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam pembeharuan pendidikan yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas metode pembelajaran.
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan perubahan kurikulum, yaitu dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau kurikulum 2004 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006. Ada perbedaan yang mendasar dari kedua kurikulum tersebut yaitu, jika KBK disusun oleh pemerintah pusat maka KTSP disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan dengan tetap mengacu pada standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Selain pembaharuan kurikulum hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas memilki peran yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru memegang peranan yang sangat penting akan keberhasilan proses pembelajaran tersebut disamping ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Tugas guru yang utama adalah mengajar. Elias (dalam Rosyada, 2004:89) menjelaskan bahwa mengajar adalah kata kunci yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pendidikan.
Dalam mengajar guru hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan serta kondisi lingkungan di mana dia mengajar. Pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan diharapkan akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. Selain itu siswa bisa lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar.
Selama ini siswa selalu terkondisikan untuk menerima informasi apa adanya, sehingga siswa cenderung pasif dan menunggu diberi informasi tanpa berusaha menemukan informasi tersebut. Hal itu menyebabkan siswa hanya mampu untuk menghapal tanpa memahami materi yang telah diterimanya. Depdiknas (dalam Nurhadi, 2004:3) menyimpulkan sebagai berikut.
“Sebagian besar dari siswa tidak mapu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan/dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mereka sangat butuh memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja”.
Maka dari itu agar siswa lebih bisa lagi mengasah kreatifitasnya diperlukan sebuah metode pembelajaran baru yang menekankan keaktifan siswa. Dengan diterapkannya variasi metode pembelajaran diharapkan akan menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu metode pembelajaran yang bervariasi akan lebih meningkatkan keaktifan siswa serta membuat siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan sehingga bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu metode pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Ada berbagai metode dalam pembelajaran kooperatif yang semuanya lebih menekankan pada keaktifan siswa dan mamiliki berbagai macam kelebihan. Dua diantaranya adalah metode jigsaw dan metode struktural model NHT (Numbered Heads Together). Keduanya merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk bisa bekerja sama dan memiliki barbagai kelebihan dibandingkan metode pembelajaran lainnya.
Metode jigsaw adalah metode pembelajaran dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli yang lebih mengutamakan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Metode ini membutuhkan kerja sama yang tinggi antar anggota kelompok agar dapat memahami materi yang diberikan. Dalam metode ini setiap kelompok mendapatkan suatu topik bahasan dan setiap anggota kelompok mencari informasi tentang satu isi topic yang dipelajari. Artinya kelompok dibongkar dan siswa-siswa yang mempunyai sub pokok bahasan yang sama dari kelompok yang berbeda bertemu dan membentuk kelompok baru yang disebut dengan kelompok ahli. Siswa ahli mengajarkan informasi yang diperoleh kepada kelompok asal sehingga sub topik dikumpulkan bersama menjadi satu kesatuan informasi.
Adapun kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebagai berikut.
- Kelebihan
- Kelompok memiliki sumber informasi maupun buah pikiran yang lebih kaya daripada yang dimiliki individu
- Dapat meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun orang lain dan meningkatkan kemampuan individu untuk berinteraksi.
- Melatih siswa menghadapi masalah secara kelompok.
- Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat menigkat.
- Siswa mempunyai banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan.
- Mengurangi rasa kurang percaya diri dalam diri siswa.
- Menigkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif siswa.
- Meningkatkan prestasi belajar siswa.
- Kelemahan
- Memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar yang biasa.
- Dapat memboroskan waktu terutama bila terjadi hal-hal negatif seperti pengarahan yang kurang tepat serta pembicaraan yang berlarut-larut.
- Memprasyaratkan siswa punya latar belakang yang cukup untuk dapat membahas masalah yang akan didiskusikan.
- Tidak dapat diberikan pada tahap awal proses belajar bila siswa belum memiliki konsep atau pengamatan tentang bahan yang akan disajikan.
Sedangkan Numbered Heads Together adalah metode pembelajaran dengan sistem penomoran yang mengutamakan pola interaksi antar siswa yang terbentuk dalam kelompok siswa dan selalu bekerjasama secara kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Metode ini dimaksudkan sebagai alternative terhadap struktur kelas yang tradisional. Adapun kelebihan dan kelemahan dari metode NHT adalah sebagai berikut.
- Kelebihan
- Setiap siswa menjadi siap semua.
- Dapat melakukan diskusi dengan sugguh-sungguh.
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
- Kelemahan
- Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan waka kurikulum SMK PGRI Turen diperoleh informasi tentang pembelajaran yang biasa dilaksanakan di sekolah tersebut. Kurangnya media pembelajaran serta penerapan metode pembelajaran terbaru mengakibatkan kegiatan belajar mengajar tidak efektif.
Selain alasan tersebut ada beberapa alasan lain yang menyebabkan peneliti melakukan penelitian mengenai metode pembelajaran Jigsaw dan NHT di SMK PGRI Turen
Dari beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya disebutkan bahwa metode jigsaw dan metode NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar siswa. Namun belum diketahui diantara kedua metode tersebut manakah yang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Untuk lebih mengetahui keefektifan kedua metode tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 1 Turen. Sekolah ini dipilih karena menurut informasi yang diperoleh peneliti bahwa di sekolah tersebut belum ada penelitian yang membandingkan antara metode jigsaw dengan metode NHT (Numbered Heads Together).
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti berkeinginan melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Prestasi Belajar Akuntansi Antara Metode Kooperatif Model Struktural Numbered Heads Together dengan Metode Jigsaw di SMK Negeri 1 Turen Malang”.
- B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Adakah perbedaan prestasi belajar akuntansi antara siswa yang diajar menggunakan metode jigsaw dengan siswa yang diajar menggunakan metode struktural model NHT (Numbered Heads Together)?
- Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan kedua metode tersebut?
- C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar akuntansi antara siswa yang diajar menggunakan metode jigsaw dengan siswa yang diajar menggunakan metode struktural model NHT (Numbered Heads Together).
- Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan kedua metode tersebut.
- D. Manfaat Penelitian
Dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Negeri Malang (2007:13) dijelaskan bahwa “Penelitian menunjukkan kepada suatu uraian yang berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung bagi berbagai pihak yang terkait.
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada berbagai pihak, antara lain :
- Bagi SMK Negeri 1 Turen
- Bagi Kepala Sekolah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan/ informasi kepada kepala sekolah sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terutama mata pelajaran akuntansi.
- Bagi Guru mata pelajaran.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru Pendidikan Ekonomi dalam pengembangan metode-metode pembelajaran Ekonomi, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi.
- Bagi Siswa.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah prestasi dan meningkatkan kualitas siswa dalam pembelajaran akuntansi di sekolah.
- Bagi Orang Tua.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua selaku penanggung jawab utama pendidikan anak-anaknya. Dapat digunakan sebagai pertimbangan agar lebih melibatkan diri dalam memberi motivasi anak untuk lebih berprestasi dalam belajar terutama mata pelajaran ekonomi.
- Bagi Universitas Negeri Malang.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam rangka melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian di bidang pendidikan.
- Bagi Peneliti.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan pengalaman, kemampuan serta ketrampilan meneliti, pengetahuan yang lebih dalam tentang model-model pembelajaran siswa serta mengaplikasi ilmu yang telah didapat dibangku perkuliahan.
- E. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (PPKI UM, 2007:13). Asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Prestasi belajar dicerminkan oleh nilai pra test serta post test.
- Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di luar penelitian dianggap tidak berpengaruh.
- F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel bebas yaitu model pembelajaran jigsaw untuk kelas eksperimen dan pembelajaran NHT untuk kelas kontrol serta variabel terikat yaitu prestasi belajar akuntansi. Sedangkan populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 1 Turen Malang.
- Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pembelajaran jigsaw untuk kelas eksperimen dan pembelajaran NHT untuk kelas kontrol sebagai variable bebas serta variabel terikat yaitu prestasi belajar akuntansi.
- Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Turen Malang Tahun Ajaran 2007/2008
- Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Turen Malang.
- 2. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat hal-hal yang tidak dapat dijangkau, hal ini merupakan suatu hal yang tidk dapat dihindari oleh peneliti. Dengan menyingkapi hal tersebut di atas maka peneliti memberikan batasan masalah dalam penelitiannya, adapun batasan-batasan masalah itu adalah:
- Penelitian ini hanya dilakukan di SMK Negeri 1 Turen Malang, sehingga tidak bisa menjangkau populasi yang lebih luas.
- Penelitian ini hanya terbatas kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 turen Malang.
- Penelitian ini tidak bisa mencakup variabel yang lebih banyak.
- Alat untuk mengumpulkan data terbatas pada tes pre-test dan post-test
- 3. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (PPKI UM, 2007:14). Untuk menghindari kesalahan penelitian dengan pembaca, mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian. Maka perlu ditegaskan beberapa istilah sehubungan dengan penelitian ini.
- Prestasi Belajar.
Hasil yang diperoleh siswa dalam belajar yang ditunjukkan dalam nilai tes atau angka nilai yang diadakan setelah penyajian materi pelajaran akuntansi.
b. Numbered Heads Together adalah metode pembelajaran dengan sistem penomoran yang mengutamakan pola interaksi antar siswa yang terbentuk dalam kelompok siswa dan selalu bekerjasama secara kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
- Jigsaw adalah metode pembelajaran dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli yang mengutamakan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
- A. Tinjauan tentang Prestasi Belajar
- 1. Pengertian Prestasi
Prestasi adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan pada tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan karena usaha yang telah dilakukan seseorang. Hasil tersebut dapat berupa nilai penghargaan atau perubahan tingkah laku, sesuai dengan macam kegiatan yang dilakukan. Pada penelitian ini prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dari kegiatan belajar akuntansi di SMK Negeri 1 Turen yang tercermin dalam nilai pre-test dan nilai post-tes. Arikunto (2003:286) mengemukakan bahwa “penilaian atas prestasi belajar dalam sistem pengajaran yang menganut prinsip belajar tuntas didasarkan atas sudah berhasil atau belumnya seorang siswa dalam mencapai tujuan”.
Prestasi sangat menentukan keadaan kemampuan dan intelegensi siswa, maka intelegensi merupakan suatu syarat dalam prestasi belajar. Perubahan tingkah laku yang dimiliki setiap siswa mempunyai suatu perubahan atau perbedaan tersendiri melalui ciri khas. Hasil prestasi belajar siswa juga perlu diketahui oleh seorang guru dalam mengajar dan mengambil kebijaksanaan dalam mengajar selanjutnya. Sesuai dengan pendapat Arikunto (2003:283) bahwa ”seperti halnya seorang siswa yang ingin mengetahui akan hasil usahanya, guru mengajar siswa itupun ingin mengetahui hasil usaha yang telah dilaksanakan terhadap siswanya”.
Pencapaian prestasi siswa menentukan adanya suatu dorongan yang bersifat positif, sehingga dari hasil dorongan itu nanti akan mendapatkan hasil yang tertentu pula. Tetapi dalam kenyataan ada kalanya seseorang yang mempunyai kemampuan yang kurang pada saat tertentu akan dapat mencapai hasil yang baik.
- 2. Pengertian Belajar
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Dalam kegiatan belajar siswa di anggap sebagai objek yang harus di beri berbagai macam pengetahuan dan keterampilan agar dapat menambah pengetahuan yang dimiliki, misalnya dengan membaca, menghafal pelajaran, mengerjakan soal dan sebagainya. Pendapat ini menganggap siswa sebagai objek yang tidak diberi kesempatan mengembangkan diri atau belajar dari pengetahuan atau pengetahuan yang di peroleh. Belajar adalah suatu proses perubahan dari diri manusia itu sendiri, terbukti dengan munculnya tingkah laku baru misalnya, timbul wawasan baru dan rasa sosial yang berkembang.
Slameto (2003:2) menjelaskan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memproleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu perubahan terjadi secara sadar, continue, positif dan aktif, terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menurut J.Bruner (dalam Slameto 2003:11) bahwa “belajar tidak untuk mengubah tingkah laku sesorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah”. Dengan demikian alangkah baiknya bila sekolah dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Partisipasi aktif dari siswa penting dalam proses belajar untuk mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan dari tiap-tiap siswa.
Selain itu Dimyati dan Mudjiono (2006:7) menyebutkan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa di sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa belajar merupakan suatu proses berfikir dalam menunjang perubahan tingkah laku baik dari aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Belajar tidak terjadi secara spontan tetapi memerlukan waktu untuk mendapatkan hasil. Belajar tidak hanya semata-mata tekad membaca melainkan lebih dari itu yaitu melalui diskusi, mengamati sesuatu, mencoba, mempraktekkan , dan mendengarkan. Dengan belajar manusia dapat mempraktekkan hidup serta mengembangkan dirinya sendiri dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian segala yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan kesengajaan yang akhirnya dapat menambah pengetahuan, keterampilan, dan perubahan tingkah laku adalah merupakan hasil dari kegiatan belajar.
- 3. Pengertian Prestasi Belajar
Keberhasilan belajar peserta didik dapat diukur dengan alat ukur tertentu yang menghasilkan ukuran prestasi belajar. Soeito (1982:18) prestasi belajar adalah kemampuan bakat yang dimiliki anak dimana bila mendapat motivasi dan kesempatan yang baik dapat berkembang menjadi bukti keberhasilan yang dicapai. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan seseorang atau siswa setelah melakukan suatu aktifitas belajar yaitu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan baru, sikap kebebasan untuk mencapai kedewasaan seseorang.
Dimyati (2002:243) mengemukakan bahwa “kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar”. Dari pernyataan tersebut diketahui seorang siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar dan membuktikan keberhasilannya dalam belajar. Prestasi belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang baik pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Perubahan ini dapat dilihat secara langsung maupun secara tidak langsung. Perubahan yang dapat dilihat secara langsung dapat diketahui melalui sikap dan tingkah laku. Perubahan yang tidak langsung dapat diketahui melalui evaluasi belajar.
Dimyati (2002:200) evaluasi belajar adalah suatu proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, tentunya kita memerlukan alat atau instrumen yang kita gunakan untuk mengumpulkan informasi atau data yang kita perlukan. Berdasarkan pendapat ini bahwa tes merupakan saran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program yang telah dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi tes yang digunakan dalam ujian adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa mencapai suatu keberhasilan atau prestasi belajar setelah mengikuti suatu mata pelajaran ekonomi.
Dengan demikian prestasi belajar dapat dikemukakan sebagai hasil usaha kegiatan belajar yang dalam hal ini dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, maupun suatu kalimat yang dapat tercermin dari usaha yang telah dicapai oleh anak dalam periode tertentu.
4. Fungsi Prestasi Belajar
Keberhasilan dalam dunia pendidikan dan pengajaran biasanya dinilai dengan prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa, di mana prestasi tersebut mempunyai beberapa fungsi. Menurut Hamalik (2000: 42-43) fungsi prestasi belajar adalah:
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan rasa ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (Couriousty) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
c. Prestasi belajar sebagai bahan komputer dan jaringan dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetauan dan teknologi, selain itu juga berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik bermasyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap kecerdasan anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan hal pertama yang harus diperhatikan, sebab anak didik adalah sasaran utama dalam proses belajar.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Selain itu pembelajaran koperatif dapat juga diartikan sebagai penggunaan pengajaran yang terdiri dari kelompok kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran ini siswa diberikan dua tanggung jawab , yakni mempelajari materi yang dibebankan kepadanya dan meyakinkan bahwa semua anggota kelompok melakukan hal yang sama. Dan hal ini berarti bahwa setiap siswa harus saling membantu setiap anggota kelompoknya untuk memahami materi yang diberikan.
1. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah:
- Saling ketergantungan positif
- Interaksi tatap muka
- Akuntanbilitas individual
- Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Abdurrahman & Bintoro (dalam Nurhadi, 2004:61)
Selain itu Roger dan Johnson mengatakan (dalam Lie, 2004:31) bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur yang harus terkandung dalam pembelajaran kooperatif, antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
3 . Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan setidaknya untuk memenuhi tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000:7).
Menurut Ibrahim (2000:20-28) ada empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
- STAD (Student Teams Achievement Division)
Metode ini mengacu pada belajar kelompok siswa yang menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.
- Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru.
- Pendekatan struktural
Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
- Jigsaw
Jigsaw merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli yang mengutamakan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
.C. Model Pembelajaran Numbered Head Together
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Kagan, S (1992). Meskipun model pembelajaran ini memiliki kesamaan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya namun model pembelajaran ini lebih menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi khusus siswa (Lie, 2004:59).
Model NHT ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas yang tradisional. Seperti resitasi, guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Model NHT ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.
Menurut Nurhadi (2003:38) berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembelajaran model NHT:
- Langkah 1- Penomoran (Numbering): Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 siswa dan member mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda.
- Langkah 2- pengajuan Pertanyaan (Questioning): Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. Contoh pertanyaan yang bersifat spesifik adalah “ Dimana letak Kerajaan Tarumanegara?” sedangkan contoh pertanyaan yang bersifat umum adalah “ Mengapa Diponegoro memberontak kepada pemerintah Belanda?”
- Langkah 3- Berpikir Bersama (Head Together): Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
- Langkah 4- Pemberian Jawaban (Answering): Guru menyebut satu nomor para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk setiap kelas.
Metode ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena selain siswa belajar dalam kelompok, terdapat juga penomoran pada masing-masing siswa dalam kelompok yang akan memacu siswa untuk tidak sepenuhnya bergantung pada angota kelompoknya.
- D. Metode Pembelajaran Jigsaw
Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Elliot Arronson dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin (Nurhadi, 2004:65). Metode ini didesain utuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Dalam hal ini siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan oleh guru, tetapi dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan lainnya dan harus bekerjasama untuk mempelajari materi yang diberikan.
Dalam pelaksanaannya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 ssiwa dengan karakteristik yang heterogen dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Para anggota dari kelompok yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji materi tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok ahli. Selanjutnya, para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli. Pada akhir pelajaran para siswa dievaluasi secara individual mengenai materi yang telah dipelajari melalui tes. Dan setelah pembelajaran berakhir siswa diberikan penghargaan kelompok yang berupa pujian ataupun berupa hadiah. Semua itu merupakan salah satu bentuk penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.
- E. Kajian Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan acuan-acuan atau patokan yang telah ada sebagai acuan dasar dalam melakukan penelitiannya termasuk pernyataan-pernyataan yang telah disampaikan oleh peneliti lain dengan konsep yang sama. Dalam tesisnya Majid (2006) yang berjudul “ Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktural Numbered Head Together untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Sistem Persamaan Linier Dua Peubah di SMP Negeri 4 Bau-Bau” mengatakan bahwa semua siswa merasa senang terhadap penerapan model pembelajaran ini dan mudah memahami materi system linier 2 peubah. Hal ini dibuktikan dengan nilai tindakan I mencapai 77,938% dan pada tindakan II mencapai 85,436%. Hal ini berarti bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa dengan pendekatan struktural Numbered Heads Together.
Selain itu Syarofatin (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 58,05% (kategori kurang) meningkat menjadi 63,81% (kategori cukup) pada siklus II. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I skor rata-rata kelas sebesar 75,95 dengan presentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 64,29% meningkat menjadi 80,64 dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 78,57% pada siklus II. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model Numbered Heads Together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Febrilla (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Keefektifan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Dibandingkan Metode Konvensional dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Turen Tahun Ajaran 2005/2006 pada Pokok Bahasan Hidrokarbon.” menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif sebesar 70,25%, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar ssiwa yang diajar menggunakan metode konvensional hanya sebesar 57,59. Hasil tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang diajar denagn metode pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik dan berbeda secara signifikan dengan prestasi belajar siswa yang diajar denagn metode konvensional.
- F. Pengembangan Hipotesis Penelitian
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. (Sugiyono, 2006:96)
Dari pengertian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
“Ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara metode NHT dengan metode jigsaw
Recent Comments